madu
rindu
gebu
sesap
lenyap
lesap
lantas hariharimu hilang
dibuai angin khayal, terbang
yang tinggal cuma kenang
berkelebatan bagai hantu, bagai bayangbayang
cinta
rasa
puja
ikatlah dalam doa, diamdiam
lalu hantarkan, tuju sang maha cinta kala malam
tunggulah kasih-Nya
nan selembuat buaian bunda
senyaman dekap ayah, penuh cinta
Rima Rima
berharap sebuah akhir yang berirama
Selasa, 12 Februari 2013
Rabu, 14 November 2012
Kaki Rindu
awan mengandung
mendung
beriringan mega-mega itu menuju kelam
menghitam
lalu berat, semakin berat
jutaan kaki gerimis menggurat-gurat
tak sabar hendak luruh
tergesa menunggu jatuh
nun di bawah sana
bumi rekah, memecah serupa luka
menggeliat serupa ular
mengutus anak angin berpusar
menjemput hujan, merengkuh bumi yang tak lagi sabar
rindu ini terakhiri
mendung
beriringan mega-mega itu menuju kelam
menghitam
lalu berat, semakin berat
jutaan kaki gerimis menggurat-gurat
tak sabar hendak luruh
tergesa menunggu jatuh
nun di bawah sana
bumi rekah, memecah serupa luka
menggeliat serupa ular
mengutus anak angin berpusar
menjemput hujan, merengkuh bumi yang tak lagi sabar
rindu ini terakhiri
Tujuan Akhir
bulir demi bulir iman berjatuhan
untai demi untai doa-doa dipanjatkan
serupa kutub magnet selatan, utara
dua rupa, tuju arah berbeda
pada akhirnya hanya untuk sebuah kata
jalan pulang, itu saja.
untai demi untai doa-doa dipanjatkan
serupa kutub magnet selatan, utara
dua rupa, tuju arah berbeda
pada akhirnya hanya untuk sebuah kata
jalan pulang, itu saja.
Jumat, 01 Juni 2012
Sebuah Sapa
siapa namamu?
tanyanya padaku
wanita cantik bermata biru
rambut mayangnya tergerai hingga bahu
mengalun perlahan ditiup sang bayu
aku hanya tersenyum
melihatnya berjongkok di depanku, penuh kagum
hingga anting-antingnya bergoyang serupa pendulum
hampir setiap hari
di kala senja jelang pergi
dan rembulan menyelimuti mentari
dia datang padaku, menghampiri
dan selalu pertanyaan yang sama
juga dengan laku yang tak beda
berjongkok di depanku, menanyakan nama
sebelum seorang wanita paruh baya
datang menjemputnya
wanita cantik jelita
mereka bilang dia gila
sungguh aku tak percaya
hanya dialah seorang yang selalu menyapa
padaku yang tak bisa beranjak pergi dari rerimbun bunga
terbelenggu sebagai arca
tanyanya padaku
wanita cantik bermata biru
rambut mayangnya tergerai hingga bahu
mengalun perlahan ditiup sang bayu
aku hanya tersenyum
melihatnya berjongkok di depanku, penuh kagum
hingga anting-antingnya bergoyang serupa pendulum
hampir setiap hari
di kala senja jelang pergi
dan rembulan menyelimuti mentari
dia datang padaku, menghampiri
dan selalu pertanyaan yang sama
juga dengan laku yang tak beda
berjongkok di depanku, menanyakan nama
sebelum seorang wanita paruh baya
datang menjemputnya
wanita cantik jelita
mereka bilang dia gila
sungguh aku tak percaya
hanya dialah seorang yang selalu menyapa
padaku yang tak bisa beranjak pergi dari rerimbun bunga
terbelenggu sebagai arca
Kamis, 31 Mei 2012
Rembulan Tertusuk Daun
rembulan tertusuk daun
seirama rimbun buluh mengalun
sang dara, menopang wajah, melamun
dara merindu jejaka
yang beriring sinar surya
dia kembara, entah kemana
sebuah janji
terpatri bersama embun pagi
nona jelita, yakinlah, aku akan kembali
sewindu telah berlalu
menderas bagai hujan, merinai rindu
jejaka tak kunjung bertamu
kemanakah engkau wahai pujaan
lupakah engkau semua kenangan
kala masa, berlarian kita di antara pematang, bergandengan
mengejar angan, melayang terbang, renda impian akan masa depan
rembulan semakin tertusuk daun
di antara ranting-ranting terayun
sang dara, menopang wajah, melamun
kekasih, senyap, serupa bayang, hilang tertelan halimun
seirama rimbun buluh mengalun
sang dara, menopang wajah, melamun
dara merindu jejaka
yang beriring sinar surya
dia kembara, entah kemana
sebuah janji
terpatri bersama embun pagi
nona jelita, yakinlah, aku akan kembali
sewindu telah berlalu
menderas bagai hujan, merinai rindu
jejaka tak kunjung bertamu
kemanakah engkau wahai pujaan
lupakah engkau semua kenangan
kala masa, berlarian kita di antara pematang, bergandengan
mengejar angan, melayang terbang, renda impian akan masa depan
rembulan semakin tertusuk daun
di antara ranting-ranting terayun
sang dara, menopang wajah, melamun
kekasih, senyap, serupa bayang, hilang tertelan halimun
Rabu, 09 Mei 2012
Usai
tautan hati yang kita tata
satu-satu runtuh
kasih yang kita jaga
tapak demi tapak, gegas menjauh
jejeran janji setia
bait demi bait luruh
baris demi baris percaya
serempak terjatuh
sesempurna itulah rasa yang pernah ada
sesempurna itu pula kisah memusnah, tiada
satu-satu runtuh
kasih yang kita jaga
tapak demi tapak, gegas menjauh
jejeran janji setia
bait demi bait luruh
baris demi baris percaya
serempak terjatuh
sesempurna itulah rasa yang pernah ada
sesempurna itu pula kisah memusnah, tiada
Langganan:
Postingan (Atom)